Senin, 16 Februari 2015

Sifat dan Sikap Yang Diperlukan Dalam Organisasi

Pada dasarnya, sikap dan sifat dasar yang dibutuhkan dalam organisasi sangatlah relatif. Tergantung dari apa jenis organisasi, tujuan, tradisi dalam organisasi, kapasitas orang didalam organisasi, dan lainnya. 
Namun, secara garis besar, beberapa hal berikut berlaku secara umum dikebanyakan organisasi. Organisasi komersial ataupun non komersial. Organisasi pemerintah, maupun organisasi non pemerintah. apa saja? mari kita lihat:

Kejujuran

Kata pepatah lama : Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Di organisasi juga tentunya. Jujur dalam berorganisasi misalnya jujur saat mengemukakan pendapat, laporan, jujur masalah uang, jujur dalam menilai kinerja, dan lain-lain.
Jujur berkaitan dengan masalah moralitas, realita, dan fakta. Maka, masalah kejujuran pada dasarnya berangkat dari hati nurani seseorang. Tidak jarang, banyak oknum dalam organisasi berbuat dan berkata tidak jujur untuk menutupi sesuatu.
Misalkan, seorang auditor sedang mengaudit keuangan sebuah perusahaan. Dalam penyelidikan dia menemukan banyak kejanggalan dan kecurangan. Namun karena diimingi uang, atau mungkin karena mendapat ancaman dari perusahaan yang bersangkutan, akhirnya dia memanipulasi data penyelidikan.
Atas kepentingan tertentu dalam organisasi, terkadang kita dipaksa oleh keadaan untuk berbuat tidak jujur. Kadang ada kesempatan mendapatkan keuntungan dari ketidakjujuran yang kita buat. Kadang kita terpaksa berbuat tidak jujur karena alasan-alasan tertentu yang menurut kita baik
Banyak orang melakukan pembenaran dengan mengatakan atau berpegang pada istilah “bohong untuk kebaikan itu tak masalah” sehingga dengan mudah mereka berbuat atau berkata tidak jujur.
Dalam sebuah sumber agama tertentu, disebutkan “Katakanlah yang sebenarnya, walaupun itu pahit bagimu“. Disini kita melihat apakah sebenarnya memang dibenarkan adanya “bohong untuk kebaikan?” padahal sebenarnya bohong itu sendiri adalah hal yang buruk.
Namun, dalam kondisi tertentu memang efek dari kejujuran bisa lebih pahit daripada jika kita berbohong. Disinilah kita dituntut berani mengemukakan kebenaran dengan jujur

Loyalitas

Loyalitas mengacu pada kesetiaan pada organisasi, kerelaan berkorban untuk organisasi, dan hal-hal lain yang sifatnya herois. Loyalitas akan menggerakkan motor-motor organisasi untuk tetap bekerja meski dalam kondisi yang tidak menguntungkan, kondisi kekurangan, atau kondisi-kondisi buruk lainnya.
Pada kasus-kasus tertentu, suatu organisasi dapat bertahan karena memiliki anggota-anggota yan loyal. Padahal, secara program organisasi tersebut bisa dikatakan tidak bergerak sama sekali
Ada banyak hal yang membuat orang menjadi loyal pada sebuah organisasi. Kebanyakan orang menjadi loyal karena telah memahami seluk beluk organisasi itu, masalah, tantangan yang dihadapi organisasi dalam kaitannya dengan tujuan organisasi itu, atau karena telah lama berorganisasi disitu.
Anggota yang loyal, ibarat seorang pejuang yang rela tetap semangat berperang dalam kondisi perut lapar, amunisi dan senjata kurang, walaupun pasukan diambang kekalahan.
Salah satu contoh loyalitas yang cukup sempurna diperlihatkan dalam sebuah film epik berjudul “300 (three hundred)” yang mengisahkan peperangan antara pasukan perang Sparta (Yunani) dibawah pimpinan Leonidas melawan pasukan Persia dibawah pimpinan Xerxes.

Komitmen dan tanggungjawab

Jika loyalitas berkerabat dengan kesetiaan, maka komitmen dan tanggungjawab tidak demikian. Komitmen dan tanggungjawab lebih mengarah pada kesepakatan atau janji yang telah dibuat.
Lebih dalam lagi, komitmen dan tanggungjawab dapat diartikan
"memegang teguh amanat, kesepakatan, janji, tugas  yang telah dibuat atau diterima (diucapkan ataupun dituliskan) dan menyelesaikannya dengan bersungguh-sungguh dengan semaksimal mungkin (mengerahkan kemampuan maksimal untuk mencapai tujuan atau tugas tersebut)".
Tanpa loyalitas sekalipun orang dapat berkomitmen dan bertanggung jawab. Bahkan tanpa ikatan emosional dengan organisasi tersebut sekalipun. Namun pada umumnya, komitmen dan tanggungjawab yang kuat tercipta dari hubungan internal, emosional, dan kekeluargaan yang kuat, meski tidak selalu akur
Kesepakatan yang dimaksud dapat berupa kesepakatan dari diri sendiri dengan diri sendiri, kesepakatan antar individu, ataupun kesepakatan antar lembaga/organisasi
Kesepakatan dari diri sendiri pada diri sendiri mengacu pada pertentangan pribadi (batin) seseorang. Dimana biasanya selalu ada pro dan kontra didalam diri seseorang atau suatu yang dipikirkan atau akan dilakukan, lalu terjadi kesepakatan damai dan memunculkan komitmen serta batasan-batasannya (atau tidak terbatas sama sekali). Dari komitmen ini kemudian lahirlah tanggungjawab untuk mewujudkan komitmen tersebut
Kesepakatan antar individu maupun antar lembaga adalah kesepakatan atara satu pihak dengan lainnya. Baik dikemukakan secara tertulis maupun lisan. Namun dewasa ini, kebanyakan kesepakatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum adalah kesepakatan tertulis.

Kekeluargaan dan rasa saling memiliki

Kekeluargaan  atas suatu organisasi berawal dari rasa nyaman yang ditimbulkan didalam internal organisasi tersebut. Kemudian muncullah rasa memiliki. Kekeluargaan dan rasa memiliki ini merupakan proses sebab akibat yang sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi.
Keduanya berakibat pada rasa nyaman antar anggota didalam organisasi tersebut, dan akhirnya mempengaruhi pula ikatan emosional, kinerja, dan lain-lain.
Jika seorang anggota organisasi telah merasa memiliki atas suatu organisasi, maka dia takkan segan berbuat banyak untuk organisasinya, bahkan tanpa pamrih. Hal ini mungkin karena anggota tersebut melakukannya atas dasar pengabdian, bukan sekedar tugas atau mengerjakan program
Pada umumnya kekeluargaan dan rasa memiliki ini tercipta karena intensitas interaksi dan komunikasi yang banyak. Sesama anggota sering bertemu, berdiskusi, bersenang-senang, berkegiatan, berbagi suka duka, lama kelamaan akan terpupuklah kekeluargaan dan rasa memiliki yang kuat
Kekeluargaan dan rasa memiliki dikalangan anggota organisasi memungkinkan munculnya kecintaan pada organisasi tersebut. Bisa dibayangkan, jika seseorang sudah cinta, maka apa saja mungkin dia lakukan, bahkan dengan dasar dan alasan yang tidak rasional sekalipun
Namun, sifat kekeluargaan dan rasa memiliki ini bisa muncul setelah seseorang masuk dalam organisasi dan / atau berpartisipasi didalamnya. Banyak juga non anggota yang berpartisipasi aktif dalam sebuah organisasi. Mereka-mereka ini sering disebut “Simpatisan” atau orang yang bersimpati.

Kemauan untuk berkembang

Hal ini sangat penting, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi organisasi yang bersangkutan.
Dunia sangat dinamis, begitu juga dengan manusia. Selalu terjadi perubahan baik cepat ataupun lambat. Baik itu perubahan pola, prinsip, cara, dan lain-lain
Kemauan untuk berkembang menunjukkan keterbukaan pada hal-hal baru yang masih asing. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam diri seorang anggota itu atau organisasi itu, ada keinginan untuk selalu meningkatkan kualitasnya, sehingga yang dihasilkan organisasipun meningkat baik kualitas ataupun kuantitasnya,
Hampir semua organisasi membutuhkan anggota yang punya sifat ini. Namun, terkadang ada juga organisasi tertentu, entah disadari atau tidak, atau memang disengaja, membiarkan anggotanya atau organisasinya tetap statis/monoton. Tentu setiap organisasi punya tujuannya sendiri-sendiri
Efeknya pada organisasi sangat signifikan, dengan memiliki anggota organisasi atau organisasi yang mau berkembang, organisasi tersebut berpotensi untuk bertahan lama, berjalan beriringan dengan jaman, selalu sesuai dengan kebutuhan, atau bahkan melampaui capaian pada jamannya.

Cara berkomunikasi yang efektif dan efesien

Disadari atau tidak, komunikasi yang efektif dan efisien ini menjadi kunci kesuksesan di hampir semua aspek dalam organisasi.
Seorang teknisi ingin menjelaskan alat-alat dan gunanya pada saat presentasi di masyarakat, dengan apa? Tentu dengan komunikasi yang baik dan pas. Seorang manajer ingin menjelaskan rencana-rencananya, dengan apa? Diam? Tak mungkin. Tentu dengan komunikasi
Seringkali terjadi, yang membuat suatu produk tidak laku dimasyarakat bukan karena produk itu jelek, tetapi karena penyampaiannya pada masyarakat yang tak efektif dan efisien.
Sering kali dalam organisasi, kita menjelaskan panjang lebar tentang konsep yang kita buat, tetapi ditolak oleh segenap hadirin. Mengapa? Ternyata karena penyampaian kita tidak ditangkap atau dimengerti secara maksimal oleh pendengar.
Ironis bukan, rencana yang telah kita buat secara sangat matang dalam hal teknis, malah gagal atau ditolak karena kita tidak mampu menyampaikannya pada resipien (penerima informasi)?
Pada umumnya anggota-anggota organisasi yang telah mapan dan dewasa mengetahui betapa pentingnya beberapa hal diatas dalam sebuah organisasi. Organisasi besar biasanya punya tradisi khusus untuk terus menyampaikan/mentransformasikan hal-hal penting di organisasinya kepada anggota-anggota baru.
sumber: enviroleeb.wordpress.com

Minggu, 15 Februari 2015

Pemahaman Dasar Organisasi



Menarik sekali membaca buku teori organisasinya Stephen P. Robbins yang menekankan pentingnya mempelajari ilmu tentang organisasi. Organisasi tidak bisa dipisahkan dari sendi kehidupan manusia. Rumah sakit tempat kita dilahirkan adalah sebuah organisasi. Saat bertumbuh kemudian bersekolah, kita berada dalam sebuah organisasi pendidikan. Ketika kita membeli keperluan hidup sehari-hari, pun, kita tak luput dari bersentuhan dengan organisasi, yaitu toko dan restoran. Saat dewasa kita mulai bekerja mencari nafkah, kita berada dalam naungan organisasi bernama kantor.

Mobil yang kita kendarai saat berpindah dari kantor ke rumah, rumah ke toko dan seterusnya, diproduksi oleh sebuah pabrik mobil yang adalah organisasi juga. Penghasilan kita tiap bulan selalu dipotong pajak dan harus dilaporkan ke KPP setempat, sebuah organisasi yang memastikan negara ini memiliki pemasukan dari pajak. Sampah yang dihasilkan dari aktifitas kita di rumah akan diangkut oleh dinas kebersihan, sebuah organisasi di lingkup pemerintah daerah. Kita bisa hidup bekerja, bersosialisasi serta berbangsa dan bernegara dengan rasa aman dan tenteram karena ada kepolisian dan militer yang menjaminnya. Lagi-lagi dua institusi tersebut juga merupakan organisasi.

Penerbit surat kabar yang kita baca sehari-hari adalah organisasi. Sampai akhir kita menutup mata selama-lamanya lalu dimakamkan, yayasan yang mengurus prosesi pemakaman  tersebut juga adalah suatu organisasi. Kesimpulannya kita tidak bisa menghindarkan diri dari organisasi. Karena itu mempelajari tentang organisasi merupakan suatu keharusan entah itu karena motivasi untuk mengejar karir dalam bidang manajemen ataupun karena merupakan prasyarat untuk memperoleh sebuah gelar/sertifikat yang jelas ilmu organisasi meresap ke dalam semua aspek kehidupan kita.

Membahas tentang organisasi berarti juga membicarakan definisinya, mengupas tentang struktur dan desainnya sampai mempelajari teori-teori yang berhubungan dengannya. Mari kita lihat definisinya terlebih dahulu. Organisasi adalah sekelompok orang yang saling bekerja sama dan memiliki keterikatan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang sama. Ada tiga unsur penting yang harus ada agar memenuhi definisi organisasi: bekerja sama, terikat satu sama lain dan tujuan yang sama. Satu saja dari ketiganya tidak ada, maka organisasi tidak akan terbentuk.

Sekarang kita lihat struktur organisasi. Ada tiga komponen yang mendasari struktur organisasi: complexity, formality dan centrality. Complexity dari sebuah organisasi mencakup ukurannya, sebaran geografisnya termasuk perkembangan ke tingkat lintas negara. Semakin besar ukuran suatu organisasi kecenderungan semakin kompleks strukturnya akan semakin tinggi.
Formality berkaitan erat dengan peraturan dan prosedur dari suatu organisasi. Semakin besar ukuran suatu organisasi biasanya semakin banyak peraturan dan prosedur yang diimplementasikan guna mempermudah pengaturan dan pengendaliannya. Dengan kata lain semakin formal struktur organisasinya. Centrality berbicara tentang alur pendelegasian wewenang dalam organisasi. Biasanya bentuknya sentralisasi dan desentralisasi.


Penerapan sentralisasi yang ketat akan cenderung lebih kuat sistem pengendalian internnya. Namun semakin lama dan panjang pula birokrasinya. Sebaliknya desentralisasi memungkinkan pendelegasian wewenang yang luas serta singkat dalam alur birokrasi namun lebih besar dari sisi anggaran. Selain itu sistem pengendalian internnya akan cenderung lebih rentan akan terjadinya deviasi dalam pelaksanaan prosedur. Bagaimana dengan desain organisasi? Desain meliputi pe-rancang-an organisasi sebelum proses pendiriannya, pem-bangun-annya serta pe-rubah-an yang dilakukan selama organisasi hidup dan beraktifitas.

Teori Organisasi vs Perilaku Organisasi

Teori organisasi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari struktur dan desain organisasi. Berbicara teori organisasi artinya kita harus memahaminya dari sudut pandang makro. Penekanannya pun kepada “organisasi”. Sementara membahas tentang perilaku organisasi kita harus melihat dari perspektif mikro serta konsentrasinya lebih kepada “manusia”. Lebih penting yang mana? Keduanya penting sehingga mempelajari ilmu organisasi akan komprehensif dan bermanfaat praktis apabila memahami kedua sudut pandang tersebut secara interdependen. Perumus dan penggagas penting teori organisasi yang berkontribusi signifikan terhadap perkembangan ilmu organisasi antara lain dimulai dari Taylor & Fayol, kemudian Weber & Davis, lalu Mayo & Bernard, dilanjutkan oleh McGregor & Bennis sampai Katz, Kahn & Simon. Bila anda ingin melihat lebih dalam lagi, maka buku teori organisasi karya Stephen P. Robbins dapat digunakan sebagai rujukan penting yang menggambarkan evolusi dari teori organisasi.

Memahami suatu organisasi bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu perspektif sistem dan perspektif daur hidup. Pada perspektif sistem kita bisa melihat ada sistem tertutup dan terbuka. Sistem tertutup hanya melihat organisasi bekerja hanya sebatas bagaimana output dihasilkan melalui pemrosesan input saja tanpa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Artinya organisasi yang menghasilkan output adalah organisasi yang sama yang juga menyediakan inputnya. Organisasi dari perspektif sistem tertutup ini sudah hampir tidak ada lagi dalam dunia usaha.

Sistem terbuka mengintegrasikan lingkungan sekitarnya ke dalam proses hidupnya. Singkatnya organisasi yang memproses output sering sekali bukan organisasi yang sama yang menyediakan inputnya. Ada interaksi dari lingkungan sekitarnya dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan organisasi tersebut. Misalnya keberadaan supplier, tenaga kerja, lembaga keuangan, pemerintah, konsumen, pelindung konsumen turut mempengaruhi secara signifikan operasional organisasi dan menjadi stakeholder penting yang berperan dalam siklus kehidupannya.

Sementara itu secara sederhana, memahami organisasi dari perspektif daur hidup bisa dilihat dari fase siklus lahir, tumbuh sampai mati atau lebih tepatnya mencapai fase kemunduran. Lebih rinci lagi, biasanya organisasi akan memulai dari fase formasi atau proses pembentukan, fase pertumbuhan , kedewasaan sampai fase kemunduran. Biasanya pada fase formasi sampai dengan fase pertumbuhan tingkat kebersamaan anggota organisasi tersebut sangat kuat dan biasanya ukuran organisasi itu belum cukup besar sehingga tingkat kompleksitas dan formalitasnya pun tidak tinggi.  Pada kurun waktu antara fase pertumbuhan dengan fase kedewasaan biasanya ditandai dengan semakin besarnya ukuran perusahaan sehingga formalisasi dan standarisasi akan sangat kental terlihat. Pada puncaknya yaitu pada fase kedewasaan umumnya ditandai dengan tingkat ekspansi yang demikian tinggi sebelum akhirnya mencapai fase kemunduran.

Selanjutnya, berbekal pengetahuan dasar tentang organisasi, penting buat kita untuk mempelajari, kita sedang berada pada tahapan organisasi yang bagaimana dan lebih penting lagi bagaimana caranya agar organisasi tempat kita bekerja dan berkarya terus bertumbuh dan menembus usia perstisius lebih dari 100 tahun.

sumber: pbcindonesia.com

Prinsip Membangun Organisasi


Sebelum mulai mendirikan sebuah organisasi, ada baiknya Anda harus mengetahui hal-hal apa saja yang penting dalam mengelola sebuah organisasi. Hal ini diperlukan agar dalam menjalankan roda organisasi kita dapat menyelesaikan kendala-kendala yang akan muncul. Simak 12 prinsip-prinsip dalam ber-Organisasi di bawah ini:

1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

2. Prinsip Skala Hirarkhi.

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

3. Prinsip Kesatuan Perintah.

Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.

Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

5. Prinsip Pertanggungjawaban.


Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7. Prinsip Rentang Pengendalian.

Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

8. Prinsip Fungsional.

Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

9. Prinsip Pemisahan.

Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

10. Prinsip Keseimbangan.

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

11. Prinsip Fleksibilitas.

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

12. Prinsip Kepemimpinan.

Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.


sumber: hutantropis.com

Kamis, 06 Juni 2013

Zionisme

1. Apakah arti dari istilah Zion?

Zion/Sion — sebenarnya nama sebuah bukit di Yerusalem — sebuah nama yang selalu dirujuk sebagai tanah air orang Yahudi, Negeri Israel.
Zion adalah istilah yang digunakan dalam Alkitab yang merujuk pada tanah Israel dan juga sekaligus sebagai merujuk pada kenegaraannya dan kespiritualannya, Yerusalem.

2. Apakah hubungan antara bangsa Yahudi dengan Zion?

- Zion adalah tempat kelahiran bangsa Yahudi. Bangsa ini telah memiliki kedaulatan atau paling tidak telah menunjukkan berkebudayaan untuk selama kurun waktu 1500 tahun, membuat dan mengembangkan apa yang dikenal sebagai peradaban Yahudi.
- Zion telah didiami bangsa Yahudi dalam kurun waktu ribuan tahun. Saat ini merupakan satu-satunya negeri di dunia yang didiami oleh bangsa yang sama, agama yang sama, bahasa dan budaya yang sama dengan saat 3000 tahun lalu.
- Untuk berabad-abad lamanya mayoritas orang Yahudi hidup tersebar di berbagai negara di seluruh dunia. Namun ikatan batin dan ikatan kebangsaan — yang tercermin dalam peribadatan dan kesusasteraan — secara terus menerus menghubungkan komunitas-komunitas Yahudi dengan tanah leluhurnya.
- Setelah berabad-abad terpuruk dan terabaikan di bawah pendudukan asing, Zion kembali bersinar sekali lagi, dengan adanya kenaikan yang besar pada jumlah penduduk Yahudi dalam waktu 100 tahun terahir, dan berhasil meraih kembali kemerdekaannya di tahun 1948.

3. Apakah arti dari istilah Zionisme itu?

- Zionisme adalan Gerakan Kemerdekaan Nasional bangsa Yahudi.
- Zionisme merupakan cerminan masa kini akan impian bangsa Yahudi 1900 tahun lalu untuk membangun kembali Israel, setelah Roma mengahiri kemerdekaan bangsa Yahudi di Negeri Israel.
- Zionisme merupakan keyakinan bahwa orang Yahudi memiliki hak untuk bebas dan merdeka di tanah airnya.
- Zionisme merupakan usaha terus menerus, melalui jalur politik, untuk mengembangkan dan melestarikan keberadaan bangsa Yahudi di Negeri Israel.
- Zionise mengakui bahwa keyahudian seseorang ditentukan oleh berbagai nilai umum yang menghubungkannya dengan agama, kebudayaan, bahasa, sejarah, idealisme dasar dan aspirasi.

4. Apakah semua orang Yahudi adalah Zionis?

- Yahudi adalah Zionis dalam arti bahwa pemulihan kembali orang Yahudi di tanah asalnya adalah bagian dari prinsip dasar kepercayaan Yahudi.
- Sebagian besar orang Yahudi mendukung Negara Israel – realisasi dasar dari Zionisme.
- Sebagian kecil tidak menerima Zionisme sebagai gerakan/wahana politis.

5. Bagaimana Zionisme menjadi gerakan politik yang terorganisir?

- Zionisme berkembang menjadi gerakan politik yang terorganisir, dalam kurun waktu yang ditandai dengan tumbuhnya pengakuan akan gerakan politik di Eropa, ketika orang Yahudi juga merasa waktunya sudah tiba untuk menegaskan kembali identitas nasional bangsa Yahudi.
- Zionisme, sebagai pergerakan, juga dipengaruhi oleh berkembangnya pendapat anti Semit di Eropa pada paruh ahir abad ke 19.
- Zionisme secara resmi menjadi gerakan politik nasional di tahun 1897, dengan seruan untuk meraih kembali tanah air bagi bangsa Yahudi.

6. Apakah orang Yahudi diaspora (yang tersebar) mendukung zionisme?

- Orang Yahudi diaspora, secara umum mendukung Zionisme melalui partisipasi aktif dalam berbagai aspek pergerakan itu sendiri atau melalui dukungan publik atau keuangan bagi Israel.
- Sebagian orang Yahudi Diaspora menyatakan keyakinannya akan Zionisme dengan melakukan imigrasi ke Negeri Israel untuk berpartisipasi dalam tugas membangun negara.
- Orang Yahudi Diaspora, terkait langsung atau tidak dengan kegiatan Zionis, telah diperkaya secara budaya, sosial dan spritual untuk kembalinya Israel di tanah leluhurnya.

7. Apakah Zionisme telah selesai tugasnya setelah negara Israel berdiri kembali?

- Terbentuknya kembali negara Israel merupakan realisasi elemen utama ideologi Zionis :  mengembalikan kedaulatan Yahudi di negeri Israel.
- Namun cita-cita Zionis juga mencakup beberapa segi yang masih dalam proses realisasi. Cita-cita Zionis juga mencakup:
-         Sebuah Israel yang hidup berdampingan secara damai;
-         sebuah Israel yang memiliki kedaulatan penuh dan perekonomian yang berdikari;
-         kehidupan sosial dan ekonomi yang baik untuk semua warganegara dan komunitas yang tinggal di Israel.

8. Apakah anti-Zionisme dan anti-Semit hal yang sama?

-         ada titik temu yang berbahaya antara anti-Zionisme dan anti-Semit, meskipun konsep ke duanya tidaklah identik.
-         Anti-Zionisme sekarang mengarah pada penentangan realisasi politis dari Zionisme- yaitu Negara Israel.
-         Anti-Zionisme juga telah menjadi ungkapan baru atas istilah lama anti-Semit. Hal ini telah memberikan anti-Semit sebuah selubung yang menyembunyikan kebencian terhadap orang Yahudi.
-         Anti-Zionisme, dalam arti mencari upaya-upaya untuk menolak hak berdaulat bangsa Yahudi adalah salah satu bentuk anti-Semit.

9. Bagaimana dengan tuduhan bahwa Zionisme merupakan salah satu bentuk rasisme?

-         Kelompok Anti-Zionisme, dalam tahun 1975, telah berhasil meloloskan resolusi PBB yang menyatakan bahwa ‘Zionisme adalah salah satu bentuk rasisme’.
-         Meskipun ditentang oleh negara-negara Barat, resolusi tersebut disetujui secara mayoritas oleh anggota PBB kelompok negara Arab/Dunia ketiga/bloc Komunis,  yang pada beberapa tahun terahir selalu meloloskan berbagai resolusi anti Negara Barat, anti demokrasi atau anti Israel, tanpa alasan yang mendasar.
-         Sebenarnya pada kenyataannya, jauh dari tuduhan rasis, negara Israel adalah masyarakat plurastik dan terbuka, terdiri atas beragam etnis dan kelompok keagamaan, dan semuanya bebas untuk menjalankan kepercayaan dan tradisi, mengembangkan kebudayaan dan berpartisipasi dalam proses demokrasi negara.

10. Apa yang menjadi akar masalah penentangan Arab terhadap Zionisme ?

Penentangan Arab akan Zionisme didasarkan oleh hal-hal yang melibatkan:

-         Hak bernegara: Hampir semua negara Arab menuntut Kedaulatan Arab atas semua wilayah Timur Tengah, dan mengenyampingkan Hak kaum Yahudi.
-         Agama: Sejak dulu, Islam tidak mengakui adanya hak kedaulatan penduduk non Muslim dalam bentuk apapun dalam „Dunia Islam“. Yahudi, seperti kelompok Kristen, telah dikesampingkan menjadi kelompok dhimmis. – orang yang diproteksi dalam dominasi Muslim. Jadi Islam, menolak ide akan adanya Negara Yahudi berdaulat di dalam konteks dunia Arab-Islam.
-         Sosial-ekonomi: Banyak pemimpin Arab merasa bahwa posisi mereka terancam apabila ada interaksi bebas antara negara tradisional dan konservatif dengan Israel – negara yang berdemokrasi terbuka dan berkembang pesat.

11. Dapatkah aspirasi kaum Zionis dan Arab hidup berdampingan?

-         Hidup berdampingan – melalui saling mengakui, negosiasi langsung dan keinginan tulus bagi terciptanya perdamaian-  merupakan kunci rekonsiliasi kaum Zionis dengan aspirasi bangsa Arab. Perjanjian Perdamaian Israel dan Mesir, ditandatangani pada  tahun 1975, memberikan contoh nyata mengenai hidup berdampingan.
-         Gerakan Zionis – baik sebelum maupun sesudah pendirian kembali Negara Israel – selalu diusahakan dan sejalan dengan perdamaian dan hubungan yang saling menguntungkan antara semua orang dan antar negara tetangga.
-         Hanya dengan keinginan yang kuat, dan di atas segalanya, untuk mencapai tujuan ini diperlukan itikad baik serta toleransi yang akan membawa perdamaian nyata bagi semua orang di Timur Tengah.